Wisata sekolah kini hadir dengan pendekatan berbeda. Tidak lagi sekadar perjalanan rekreasi, melainkan pengalaman belajar yang menghubungkan siswa dengan alam dan komunitas. Melalui program Week without Walls, siswa2 Grade 9 salah satu sekolah standar Internasional di Jakarta mengikuti perjalanan edukatif di Pulau Tidung. Selama empat hari, mereka menjalani rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Jelajah Outdoor…

Wisata sekolah kini hadir dengan pendekatan berbeda. Tidak lagi sekadar perjalanan rekreasi, melainkan pengalaman belajar yang menghubungkan siswa dengan alam dan komunitas. Melalui program Week without Walls, siswa2 Grade 9 salah satu sekolah standar Internasional di Jakarta mengikuti perjalanan edukatif di Pulau Tidung.
Selama empat hari, mereka menjalani rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Jelajah Outdoor berkolaborasi dengan Luminar Event Management yang mencakup study tour, cultural exchange, serta program konservasi untuk sekolah. Dengan tema Coastal and Marine Program, kegiatan ini dirancang untuk menguatkan pemahaman siswa terhadap ekosistem pesisir dan laut.
Program Week without Walls (WoW) merupakan bagian dari kurikulum sekolah tersebut yang menekankan pembelajaran di luar kelas. Melalui program ini, siswa diajak untuk keluar dari rutinitas akademis, menjelajah dunia nyata, dan belajar langsung dari pengalaman. Tujuannya adalah membangun karakter, kepemimpinan, serta kepedulian sosial dan lingkungan.
Dengan pendekatan ini, sekolah memastikan bahwa siswa tidak hanya tumbuh secara akademis, tetapi juga secara personal dan sosial. Week without Walls menjadi sarana bagi mereka untuk belajar memimpin, berkolaborasi, dan merasakan nilai nyata dari “learning beyond the classroom.”
Tahapan Persiapan Program
Sebelum kegiatan dimulai, Jelajah Outdoor bersama Luminar Event Management melakukan persiapan matang untuk memastikan program berjalan aman, berkualitas, dan berkesan. Tiga minggu sebelum keberangkatan, tim melakukan survey lokasi di Pulau Tidung, Pulau Payung, dan Pulau Tidung Kecil. Tujuannya adalah memetakan area kegiatan, menilai potensi risiko, serta berkoordinasi dengan pihak lokal.
Setelah survey, tahap berikutnya adalah pemilihan fasilitator. Jelajah Outdoor menugaskan fasilitator yang tidak hanya memiliki kemampuan berbahasa Inggris, tetapi juga terlatih dalam first aid di alam bebas dan water rescue. Hal ini penting untuk menjamin keselamatan siswa dalam setiap aktivitas, baik di darat maupun di laut.
Selain itu, program ini juga melibatkan sumber daya lokal, mulai dari pemandu, interpreter, penyedia aktivitas, hingga penginapan dan makanan. Kolaborasi ini memberi manfaat ganda: mendukung ekonomi masyarakat sekitar sekaligus memastikan kegiatan memiliki konteks lokal yang kuat.
Tidak kalah penting, Jelajah Outdoor menyusun risk assessment untuk setiap aktivitas, dari snorkeling hingga konservasi mangrove. Setiap potensi bahaya diidentifikasi dan dipetakan, kemudian ditindaklanjuti dengan Emergency Response Plan (ERP) yang terukur.
Sebagai penguatan aspek keselamatan, seluruh aktivitas menggunakan alat-alat safety yang masih berfungsi dengan baik dan sesuai standar. Mulai dari life jacket, snorkeling gear, hingga peralatan pendukung konservasi diperiksa sebelum digunakan. Dengan begitu, siswa dapat berpartisipasi secara nyaman sekaligus terlindungi.

Hari Pertama: Pembukaan, Eksplorasi, dan Sunset di Pantai Barat
Program dimulai dengan opening dan conditioning yang membantu siswa bertransisi dari suasana kelas ke alam terbuka. Ice breaking menciptakan kebersamaan sebelum mereka mengikuti aktivitas Nature Scavenger Hunt.
Dalam kegiatan ini, siswa berkelompok untuk menemukan benda unik di sekitar pantai. Prosesnya melatih ketelitian, rasa ingin tahu, sekaligus memperkenalkan ekosistem pesisir. Selanjutnya, mereka melakukan Trash Patrol di Pantai Barat Pulau Tidung, mengumpulkan sampah sebagai bentuk kontribusi nyata menjaga kebersihan pantai.
Menjelang senja, siswa menikmati waktu bermain, menjelajah, dan merasakan keindahan sunset di pantai. Peralihan dari pembelajaran ke refleksi alam menjadikan hari pertama berkesan.
Hari Kedua: Cultural Exchange dan Ekonomi Kreatif Lokal
Pada hari kedua, siswa terlibat dalam aktivitas community reachout dengan mengunjungi SMPN 241 Pulau Tidung. Suasana hangat tercipta melalui cultural exchange: belajar bersama di kelas, diskusi, serta olahraga yang dilakukan bersama siswa lokal.
Setelah makan siang, perjalanan berlanjut ke usaha mikro lokal. Siswa menyaksikan proses pembuatan snack, kerupuk, hingga kerajinan tangan berbahan kerang dan manik-manik. Dari kunjungan ini, mereka memahami pentingnya ekonomi kreatif sebagai sumber penghidupan masyarakat pesisir.
Transisi dari kegiatan budaya menuju pengalaman ekonomi lokal memperlihatkan keterhubungan erat antara manusia, komunitas, dan alam sekitarnya.
Hari Ketiga: It’s a Wet Day – Konservasi Mangrove dan Terumbu Karang

Hari ketiga menghadirkan pengalaman paling mendalam. Dengan tema It’s a Wet Day, siswa belajar langsung mengenai konservasi di Pantai Timur, sekitar Jembatan Cinta.
Pertama, mereka menanam bibit mangrove bersama fasilitator. Aktivitas ini mengajarkan manfaat mangrove sebagai pelindung alami pantai sekaligus habitat ekosistem pesisir.
Selanjutnya, siswa mengikuti coral planting. Mereka mengenal perbedaan hard coral dan soft coral, serta teknik rehabilitasi terumbu karang. Didampingi oleh pelaku konservasi lokal, mereka benar-benar memahami proses panjang menjaga laut tetap lestari.
Setelah makan siang, giliran island hopping dan snorkeling. Pengalaman bawah laut ini menjadi refleksi nyata: siswa menyaksikan keindahan karang yang masih sehat, sekaligus kondisi karang yang rusak. Melalui coastal and marine program ini, pemahaman tentang konservasi semakin kuat.
Hari Keempat: Refleksi dengan Nature Art and Craft
Untuk menutup rangkaian kegiatan, siswa membuat karya kreatif melalui nature art and craft. Mereka menyusun kolase dari material alam yang dikumpulkan selama program. Hiasan dan tulisan yang dibuat berfungsi sebagai media refleksi pengalaman mereka.
Melalui diskusi kelompok, siswa menarik kesimpulan bersama tentang pentingnya peduli lingkungan, menghargai komunitas, dan belajar langsung dari alam. Aktivitas seni ini menjadi simbol penyatuan pengalaman selama empat hari.
Dampak Program: Belajar, Peduli, dan Berkolaborasi
Program Week without Walls Pulau Tidung untuk Sinarmas World Academy Grade 9 membawa dampak positif yang nyata. Dari sisi edukasi, siswa merasakan belajar berbasis pengalaman melalui study tour. Dari sisi konservasi, mereka berkontribusi langsung menjaga mangrove dan terumbu karang. Dari sisi sosial, mereka menjalin koneksi dengan komunitas lokal melalui cultural exchange.
Transisi dari setiap hari kegiatan menunjukkan kesinambungan: dari eksplorasi alam, interaksi sosial, hingga konservasi laut. Semua terhubung dalam rangkaian pembelajaran yang utuh.
Kesimpulan
Program Week without Walls: Coastal and Marine Program di Pulau Tidung menjadi bukti bahwa wisata sekolah dapat dirancang lebih bermakna. Siswa tidak hanya bersenang-senang, tetapi juga belajar, peduli, dan berkontribusi.
Dengan pendekatan experiential learning, siswa Grade 9 mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan. Dari pantai barat hingga jembatan cinta, dari cultural exchange hingga coral planting, setiap momen memberikan pelajaran berharga.
Inilah bukti bahwa program edukasi sekolah yang terintegrasi dengan alam dan komunitas dapat mencetak generasi yang peduli lingkungan sekaligus terbuka pada keragaman sosial.

Keterangan tambahan tentang lokasi
Pulau Tidung
Pulau Tidung merupakan salah satu destinasi populer di kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini terkenal dengan pesona pantai berpasir putih, air laut yang jernih, serta suasana tenang yang sangat cocok untuk kegiatan wisata sekolah dan program edukasi. Selain keindahan alamnya, Pulau Tidung juga dikenal sebagai pusat kegiatan konservasi pesisir yang melibatkan masyarakat lokal.
Salah satu ikon paling terkenal di pulau ini adalah Jembatan Cinta, jembatan kayu sepanjang hampir satu kilometer yang menghubungkan Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Lokasi ini menjadi titik penting bagi wisatawan sekaligus pusat kegiatan konservasi mangrove dan terumbu karang. Di sekitarnya, siswa dapat belajar tentang ekosistem laut sekaligus menyaksikan langsung keanekaragaman hayati bawah air melalui snorkeling.
Lebih dari sekadar tujuan wisata, Pulau Tidung juga menawarkan pengalaman edukatif. Dengan kombinasi alam, budaya, dan konservasi, pulau ini menjadi tempat ideal untuk program berbasis weeks without walls, study tour, dan program konservasi untuk sekolah. Lingkungan yang ramah dan komunitas yang terbuka menjadikan Pulau Tidung ruang belajar alami di luar kelas.
Pulau Payung
Selain Pulau Tidung, siswa juga berkesempatan mengunjungi Pulau Payung. Pulau kecil ini memiliki perairan yang jernih, dengan hamparan terumbu karang yang masih terjaga. Karena itu, tempat ini menjadi lokasi ideal untuk aktivitas snorkeling. Anak-anak dapat melihat langsung keindahan bawah laut, mengenali jenis ikan karang, serta memahami perbedaan ekosistem laut yang sehat dan yang mengalami kerusakan.
Dengan suasana yang lebih tenang dibandingkan Pulau Tidung, Pulau Payung menghadirkan pengalaman belajar yang menyatu dengan alam. Aktivitas snorkeling di sini menjadi bagian penting dari coastal and marine program, yang menghubungkan teori konservasi dengan pengalaman nyata di lapangan.
Pulau Tidung Kecil
Selain Pulau Payung, siswa juga mengunjungi Pulau Tidung Kecil. Pulau ini bukan tempat permukiman, melainkan kawasan konservasi dan penelitian. Anak-anak berkesempatan menjelajahi museum paus, belajar tentang sejarah mamalia laut raksasa ini serta perannya dalam ekosistem.
Di sisi lain, mereka juga melihat langsung penangkaran penyu, tempat tukik dipelihara hingga siap dilepas ke laut. Pengalaman ini memperkaya pemahaman siswa tentang upaya pelestarian satwa laut yang terancam punah. Tidak hanya itu, Pulau Tidung Kecil juga memiliki area cagar alam dengan vegetasi khas pesisir yang menjadi habitat berbagai flora dan fauna.
Dengan kunjungan ini, siswa mendapatkan gambaran utuh bahwa konservasi tidak hanya soal mangrove dan terumbu karang, tetapi juga mencakup pelestarian satwa dan ekosistem laut secara menyeluruh.