” Setiap tahapan Program Sustainable Team Building Jelajah Outdoor dirancang untuk membangun pembelajaran yang nyata, relevan, dan berdampak jangka panjang. Kami memulai dengan asesmen kebutuhan agar program sesuai dengan konteks organisasi dan karakter tim. Desain kegiatan disusun berbasis outdoor education di Indonesia dan nilai keberlanjutan yang aplikatif. Fase pelaksanaan menghadirkan tantangan nyata di alam untuk membangun kesadaran, kerja sama, dan kepemimpinan. Refleksi mendalam membantu peserta mengaitkan pengalaman dengan konteks kerja dan budaya berkelanjutan dalam organisasi.”
Langkah awal outdoor team development dalam Sustainable Team Building adalah memahami kebutuhan organisasi dan dinamika unik setiap tim. Tahap Pre-Engagement & Needs Assessment menjadi fondasi penting dalam merancang program yang relevan dan strategis. Diskusi dilakukan dengan HR, pimpinan tim, atau manajemen untuk menggali kebutuhan dan harapan.
Survei atau pre-test singkat digunakan untuk memetakan tantangan serta dinamika tim secara objektif. Kami mengidentifikasi isu utama, nilai organisasi, dan tujuan strategis yang ingin dicapai. Pendekatan dirumuskan berdasarkan hasil asesmen agar sesuai dengan konteks dan karakter tim. Tahap ini memastikan program dirancang secara kontekstual, relevan, dan berdampak nyata bagi tim dan organisasi.
Tujuan: Menyesuaikan program dengan kebutuhan organisasi dan karakter tim
Diskusi awal dengan HR, pimpinan tim, atau manajemen
Identifikasi isu tim, nilai organisasi, dan tujuan strategis
Survei atau pre-test singkat untuk memahami dinamika dan harapan peserta
Pemilihan lokasi dan desain aktivitas berdasarkan hasil asesmen
Output: Rancangan program yang kontekstual dan relevan dengan kebutuhan tim dan organisasi.
2. Program Design & Customization
Setelah kebutuhan tim dan organisasi dari perusahaan, terpetakan, program team development dirancang agar relevan dan berdampak nyata. Tahap Program Design & Customization fokus menciptakan alur kegiatan yang seimbang dan terarah. Kegiatan memadukan tantangan fisik, refleksi, dan penanaman nilai keberlanjutan secara utuh. Desain mengacu pada prinsip experiential learning cycle untuk mendorong pembelajaran yang mendalam. Setiap aktivitas dirancang agar aplikatif dan sesuai konteks peserta.
Nilai ESG diintegrasikan melalui praktik nyata seperti pengelolaan sampah dan interaksi dengan komunitas lokal. Simulasi disesuaikan dengan kebutuhan tim, seperti komunikasi lintas fungsi atau kepemimpinan situasional. Tantangan juga mencakup pengambilan keputusan di bawah tekanan. Program disusun sesuai level peserta—dari staf hingga eksekutif. Hasil akhirnya adalah modul outdoor team development yang unik, kontekstual, dan berdampak jangka panjang.
Tujuan: Merancang kegiatan yang seimbang antara tantangan fisik, refleksi, dan nilai keberlanjutan
Penyusunan alur kegiatan (flow) berdasarkan prinsip experiential learning cycle
Integrasi nilai ESG dan keberlanjutan dalam aktivitas (misal: pengelolaan sampah, interaksi dengan komunitas lokal, dll)
Simulasi sesuai dengan kebutuhan: komunikasi lintas fungsi, kepemimpinan situasional, pengambilan keputusan di bawah tekanan
Penyesuaian dengan level peserta (staff, supervisor, manajer, eksekutif)
Output: Modul kegiatan outdoor team development yang unik dan berdampak.
3. Program Delivery
Tahap pelaksanaan dari Sustainable Team Building adalah inti dari pengalaman outdoor team development. Peserta diajak keluar dari rutinitas dan masuk ke ruang belajar yang nyata di alam terbuka. Kegiatan dirancang menantang, bermakna, dan mendorong keterlibatan aktif seluruh tim. Aktivitas dimulai dengan ice breaking, trust building, dan tantangan kelompok secara bertahap. Rangkaian kegiatan mencakup low impact hingga high challenge untuk menyesuaikan kemampuan peserta.
Peserta belajar dari pengalaman nyata, merasakan dinamika tim, dan merefleksikannya secara langsung. Kegiatan seperti navigasi alam, survival ringan, dan problem solving dilakukan secara kolaboratif. Simulasi manajemen risiko melatih pengambilan keputusan dalam kondisi menekan. Setiap hari ditutup dengan sesi refleksi bersama fasilitator dan teman sebaya. Proses ini membangun kesadaran diri, memperkuat kerja sama, dan meninggalkan dampak emosional serta kognitif yang mendalam.
Tujuan: Memberi pengalaman nyata di alam yang menciptakan dampak emosional dan kognitif
Ice breaking & trust building
Tantangan kelompok (low impact adventure hingga high challenge)
Aktivitas team building berbasis petualangan seperti:
Navigasi alam, survival ringan
Problem solving berkelompok
Simulasi penyelamatan atau manajemen risiko
Refleksi harian bersama fasilitator (guided reflection & peer sharing)
Output: Pengalaman kolaboratif yang mendorong kesadaran diri dan kerja sama tim.
4. Final Activity with Reflection & Team Commitment
Tahap ini menjembatani pengalaman lapangan dengan perubahan nyata di lingkungan kerja. Pembelajaran dikaitkan langsung dengan konteks organisasi agar tidak berhenti sebagai pengalaman sesaat. Setiap pengalaman menjadi fondasi untuk pengembangan jangka panjang dalam organisasi. Sesi group debriefing menggunakan pendekatan double-loop learning untuk menggali makna pengalaman secara mendalam.
Peserta memetakan nilai-nilai yang muncul dan cara penerapannya di dunia kerja. Diskusi difokuskan pada pentingnya membangun learning culture yang reflektif dan kolaboratif. Organisasi didorong untuk menciptakan budaya pembelajaran yang berkelanjutan. Sebagai tindak lanjut, peserta menyusun team commitment secara bersama. Komitmen ini memperkuat dampak dan arah perubahan tim ke depan. Hasil akhirnya adalah proses transfer pembelajaran yang terstruktur, terukur, dan mendukung transformasi organisasi.
Tujuan: Mengaitkan pengalaman dengan konteks kerja dan pengembangan organisasi
Sesi group debriefing dengan metode double-loop learning
Pemetaan nilai-nilai yang muncul dan aplikasinya di dunia kerja
Diskusi tentang learning culture dan bagaimana organisasi mendukung keberlanjutan pembelajaran
Penyusunan rencana tindak lanjut oleh peserta (personal action plan & team commitment)
Output: Transfer pembelajaran ke lingkungan kerja yang terstruktur dan terukur.
5. Post-Program Integration & Follow Up
Tahap Post-Program Integration & Follow Up memastikan dampak program tetap berlanjut setelah kegiatan selesai.
Laporan observasi dan rekomendasi fasilitator memberikan gambaran objektif tentang dinamika tim dan potensi pengembangan.
Pendampingan lanjutan dilakukan secara online atau offline dalam bentuk coaching atau konsultasi pasca-program.
Pendampingan berlangsung 1–2 bulan untuk membantu peserta menerapkan pembelajaran ke dalam pekerjaan sehari-hari.
Evaluasi program dilakukan melalui survei, wawancara, dan sesi refleksi tim secara menyeluruh.
Tujuannya adalah mengukur perubahan perilaku dan dampaknya terhadap kinerja tim maupun individu. Kami juga memberikan saran strategis untuk memperkuat learning ecosystem dalam organisasi. Struktur dan budaya kerja dibangun agar mendukung proses pembelajaran yang berkelanjutan.Tahap ini memastikan bahwa investasi dalam pengembangan tim memberikan hasil yang terukur dan berkelanjutan.
Tujuan: Menjaga keberlanjutan dampak dan mengukur efektivitas program
Laporan hasil observasi dan rekomendasi tim fasilitator
Pendampingan online/offline untuk fase integrasi (coaching/konsultasi 1–2 bulan setelah program)
Evaluasi program dan pengukuran dampak (survei post-program, wawancara, dan refleksi tim)
Saran penguatan budaya kerja dan struktur pembelajaran organisasi (learning ecosystem)
Output: Dampak jangka panjang bagi individu dan tim yang terukur dan dapat dilanjutkan secara mandiri atau terintegrasi dalam HRD.
Setiap tahapan program dirancang untuk membangun pembelajaran yang nyata, relevan, dan berdampak jangka panjang. Kami memulai dengan asesmen kebutuhan agar program sesuai dengan konteks organisasi dan karakter tim. Desain kegiatan disusun berbasis experiential learning dan nilai keberlanjutan yang aplikatif. Fase pelaksanaan menghadirkan tantangan nyata di alam untuk membangun kesadaran, kerja sama, dan kepemimpinan. Refleksi mendalam membantu peserta mengaitkan pengalaman dengan konteks kerja dan budaya organisasi.
Pendampingan lanjutan memastikan pembelajaran terintegrasi ke dalam perilaku dan sistem kerja harian. Semua proses dijalankan dengan standar safety tertinggi, metode quality terbaik, dan prinsip sustainability yang kuat. Jelajah Outdoor berkomitmen menciptakan pengalaman yang aman, berkualitas, dan berdampak berkelanjutan bagi tim dan organisasi.
Mengapa Perubahan Tidak Harus Selalu Dimulai dari Atas Kita sering mendengar kalimat seperti: Kalimat-kalimat ini terdengar masuk akal dan sudah lama dipercaya. Tapi, apakah benar begitu? Faktanya, banyak pimpinan puncak
Minat terhadap program team building di alam terbuka terus meningkat di Indonesia. Dari perusahaan multinasional, BUMN, hingga startup dan institusi pendidikan, semakin banyak organisasi yang menyadari pentingnya pengembangan tim melalui
Di tengah dinamika bisnis global, tidak ada lagi ruang bagi pendekatan pengembangan SDM yang bersifat dangkal dan seremonial. Perusahaan membutuhkan solusi yang tidak hanya menciptakan “bonding”, tetapi membentuk mentalitas kepemimpinan