Mengapa Penguatan Soft Skills Abad ke-21 Lewat Experiential Education Menjadi Semakin Penting?
Seiring dengan berkembangnya dunia kerja yang makin kompleks, dinamis, dan digital, kebutuhan terhadap soft skills abad ke-21 menjadi semakin tak terhindarkan. Kemampuan seperti kolaborasi, kepemimpinan, komunikasi, kecerdasan emosional, dan pemecahan masalah kini dianggap sebagai kunci kesuksesan, baik bagi individu maupun organisasi.
Temuan Laporan World Economic Forum (WEF) 2023
Laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) tahun 2023 menyoroti kekhawatiran yang berkembang di kalangan pemberi kerja global mengenai keterampilan lunak lulusan baru. Menurut laporan tersebut, 44% pemberi kerja percaya bahwa lulusan baru kurang dalam keterampilan penting abad ke-21 seperti:
- Kolaborasi – Kemampuan untuk bekerja secara efektif dalam tim, terutama dalam lingkungan yang beragam atau lintas fungsi.
- Kepemimpinan – Keterampilan kepemimpinan yang kuat sangat penting, bahkan bagi mereka yang tidak berada di posisi manajerial, karena membantu mendorong inovasi dan memotivasi orang lain.
- Pemecahan Masalah – Kapasitas untuk berpikir kritis dan menemukan solusi kreatif terhadap tantangan, yang semakin penting di dunia yang cepat berubah.
Laporan ini menegaskan adanya kesenjangan antara apa yang dicari oleh pemberi kerja dan apa yang dimiliki oleh banyak lulusan dalam hal keterampilan krusial ini. Hal ini memicu diskusi mengenai perlunya institusi pendidikan tinggi dan program pelatihan untuk lebih menekankan kompetensi-kompetensi tersebut, karena keterampilan ini sangat penting untuk kesuksesan di tempat kerja modern.
Pertanyaannya adalah: bagaimana cara membangun soft skills yang otentik, relevan, dan tahan terhadap perubahan zaman?
Implikasi Kesenjangan Keterampilan Soft Skill Esensial Abad ke-21
1. Dampak terhadap Pemberi Kerja dan Tenaga Kerja
- Produktivitas dan Inovasi: Keterampilan lunak seperti kolaborasi, pemecahan masalah, dan kepemimpinan sangat penting agar tim dapat berfungsi secara efektif dan berinovasi dalam lingkungan yang cepat. Pemberi kerja yang menghadapi kesenjangan keterampilan ini mungkin mendapati tim mereka kesulitan dalam memenuhi tenggat waktu, berkomunikasi secara efektif, atau menangani masalah kompleks secara kreatif, yang pada akhirnya dapat memengaruhi produktivitas.
- Retensi Karyawan: Perusahaan yang berinvestasi dalam pengembangan keterampilan lunak pada karyawannya cenderung memiliki tingkat retensi yang lebih baik. Lulusan yang kurang memiliki keterampilan ini dapat mengalami frustrasi dalam pekerjaan mereka, yang mengarah pada ketidakpuasan dan tingkat keluar yang lebih tinggi.
Hubungan dan Layanan Pelanggan: Di sektor-sektor yang berinteraksi langsung dengan pelanggan, keterampilan seperti kolaborasi dan kecerdasan emosional sangat penting. Karyawan yang tidak memiliki keterampilan ini mungkin tidak dapat membangun hubungan yang baik dengan pelanggan, yang dapat merugikan reputasi perusahaan dan hasil bisnisnya.
Menjembatani Kesenjangan dalam Pendidikan dan Pelatihan
Mengacu pada temuan Forum Ekonomi Dunia (WEF), terdapat dorongan yang semakin besar agar sistem pendidikan, pelatihan korporat, dan pemberi kerja lebih menekankan pengembangan keterampilan lunak. Beberapa pendekatan yang dilakukan antara lain:
- Mengintegrasikan Keterampilan Lunak ke dalam Kurikulum: Universitas dan program kejuruan kini mulai memasukkan keterampilan seperti komunikasi, kolaborasi, dan kepemimpinan ke dalam kurikulum mereka, berdampingan dengan mata pelajaran teknis tradisional.
- Program Pembelajaran Eksperiensial: Banyak organisasi dan institusi pendidikan mengadopsi program pembelajaran berbasis pengalaman yang menekankan pemecahan masalah dunia nyata, kerja tim, dan kepemimpinan.
Pelatihan di Tempat Kerja: Pemberi kerja menawarkan lokakarya, pendampingan, dan program pembinaan yang berfokus pada pengembangan keterampilan ini pada karyawan mereka.
Tren Soft Skills Prioritas 2023–2027 Menurut WEF
1. Keterampilan Kognitif & Kreativitas
- Cognitive skills—khususnya pemecahan masalah kompleks—merupakan keterampilan paling dibutuhkan dan berkembang pesat.
- Creative thinking tumbuh bahkan sedikit lebih cepat dibanding kemampuan analitis.
- Technological literacy juga menduduki posisi ketiga dalam peningkatan kebutuhan.
2. Sikap Sosial-Emosional & Diri Sendiri
Curiosity dan lifelong learning, serta resilience, flexibility, dan agility, dan juga motivation dan self-awareness, menunjukkan pertumbuhan paling cepat di kalangan keterampilan soft skills.
3. Soft Skills yang Dibutuhkan Menurut WEF
Menurut laporan Future of Jobs Report 2023, berikut beberapa soft skills yang mendapat perhatian tinggi hingga 2027:
- Leadership dan social influence
- Empati dan kemampuan mendengar aktif
- Curiosity & lifelong learning
- Resiliensi, fleksibilitas, dan kesigapan mental
4. Fokus Pelatihan Perusahaan
Antara tahun 2023–2027, prioritas pelatihan bagi banyak perusahaan meliputi:
- Analytical thinking (dijalankan oleh 10% skema pelatihan)
- Creative thinking (sekitar 8%)
- AI & big data (dijalankan oleh sekitar 42%)
- Diikuti dengan: leadership & social influence, resilience/flexibility/agility, serta curiosity & lifelong learning.
5. Kebutuhan Training Mendesak
Sekitar 60% pekerja diperkirakan membutuhkan pelatihan ulang sebelum tahun 2027 untuk memenuhi tuntutan keterampilan baru.
Experiential Education: Pendekatan Efektif untuk Mengasah Soft Skills
Salah satu pendekatan yang terbukti efektif adalah experiential education (pendidikan berbasis pengalaman) yang dilakukan di alam (Outdoor Education), yaitu metode pembelajaran melalui pengalaman langsung di alam terbuka. Dengan menghadirkan tantangan nyata dalam situasi kolaboratif, peserta tidak hanya belajar secara aktif, tetapi juga membentuk pola pikir, sikap, dan keterampilan sosial.
Di sinilah Jelajah Outdoor hadir sebagai penyedia program outdoor education di Indonesia yang mengintegrasikan pembelajaran, petualangan, dan nilai-nilai keberlanjutan dalam satu pengalaman transformatif.
Program Jelajah Outdoor untuk Perusahaan dan Organisasi
Banyak perusahaan kini tidak hanya mengejar pertumbuhan bisnis, tetapi juga membangun budaya organisasi yang kolaboratif, inovatif, dan tangguh. Untuk menjawab tantangan ini, Jelajah Outdoor menawarkan berbagai program pengembangan tim dan kegiatan pengembangan diri berbasis alam yang dikemas secara profesional dan aman.
1. Outdoor Team Development
Program ini dirancang untuk memperkuat dinamika tim, mengasah komunikasi lintas fungsi, serta membangun kepercayaan antar personal. Melalui simulasi tantangan berbasis alam, peserta belajar bagaimana mengambil keputusan dalam tekanan, berkoordinasi dengan anggota tim, serta merefleksikan kekuatan dan kelemahan tim mereka.
Soft Skills yang diasah:
- Kolaborasi efektif
- Komunikasi aktif
- Kepemimpinan situasional
- Adaptabilitas
- Resolusi konflik
Untuk menjawab kebutuhan pengembangan tim yang dinamis dan adaptif, outdoor team development menjadi pilihan strategis bagi perusahaan dan organisasi modern. Program ini dirancang bukan sekadar untuk membangun kekompakan, tetapi juga untuk memperkuat komunikasi, kepemimpinan, dan kemampuan problem-solving dalam konteks nyata. Jelajah Outdoor mengemas setiap programnya dengan pendekatan experiential learning, yaitu pembelajaran melalui pengalaman langsung yang mendorong peserta merefleksikan proses, tantangan, dan solusi yang mereka temukan bersama.
Dalam setiap sesi, peserta diajak mengikuti pelatihan tim berbasis alam yang memadukan unsur petualangan, kerja sama, dan refleksi mendalam. Misalnya, melalui simulasi kolaborasi seperti penyebrangan medan, pembangunan shelter, atau misi eksplorasi, tim ditantang untuk saling mendukung dan berpikir strategis di bawah tekanan. Model pelatihan ini terbukti lebih efektif dibandingkan pendekatan konvensional karena menghadirkan konteks nyata dan keterlibatan emosional yang tinggi.
Jelajah Outdoor juga menawarkan berbagai skenario outbound team building yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik perusahaan, mulai dari penguatan nilai budaya kerja, hingga fasilitasi transformasi organisasi. Semua program dirancang dengan standar keselamatan tinggi, pendekatan edukatif, serta hasil yang terukur untuk jangka panjang.
2. Sustainable Team Building
Berbeda dari aktivitas outbound biasa, sustainable team building menekankan nilai keberlanjutan, empati sosial, dan kesadaran lingkungan. Program ini ideal bagi organisasi yang ingin menanamkan budaya keberlanjutan dan tanggung jawab sosial (ESG Framework & Sustainabilitypractices) ke dalam nilai perusahaan.
Peserta diajak untuk menyelesaikan misi tim dalam konteks menjaga alam, menghargai keberagaman budaya lokal, community engagement dan mengelola sumber daya secara bijak.
Soft Skills yang diasah:
- Empati
- Kepemimpinan berbasis nilai
- Keputusan etis
- Kecerdasan budaya (Cultural Intelligence)
- Kreativitas dalam keterbatasan
3. Outdoor Leadership Program
Bagi perusahaan yang ingin mencetak pemimpin masa depan yang tangguh, program ini memberikan pelatihan intensif berbasis pengalaman dengan mengintegrasikan keterampilan bertahan di alam bebas, search and rescue dan etika leave no trace. Peserta menghadapi tantangan nyata di alam yang mendorong mereka untuk berpikir cepat, memimpin tim kecil, dan mengambil keputusan yang berdampak.
Soft Skills yang diasah:
- Kepemimpinan adaptif
- Pemimpin sebagai fasilitator pembelajaran
- Pengelolaan emosi
- Kemampuan reflektif
- Inisiatif dan ketegasan
- Mentoring dan coaching
Di era perubahan cepat dan kompleksitas dunia kerja, organisasi membutuhkan pemimpin yang adaptif, visioner, dan mampu bekerja lintas tim dengan efektif. Oleh karena itu, pelatihan kepemimpinan tidak lagi cukup dilakukan di ruang kelas atau seminar formal. Jelajah Outdoor menghadirkan pendekatan berbeda melalui program outdoor leadership—sebuah pengalaman belajar kepemimpinan di alam terbuka yang menekankan praktik nyata, refleksi personal, dan tantangan terukur.
Sebagai bagian dari leadership training Indonesia yang progresif, program ini dirancang untuk mengasah keterampilan komunikasi, pengambilan keputusan, empati, dan ketahanan mental peserta. Tidak hanya ditujukan bagi kalangan profesional, program ini juga relevan untuk pengembangan pemimpin muda di lingkungan kampus, komunitas, maupun organisasi pelajar yang sedang tumbuh.Setiap experiential leadership program yang ditawarkan oleh Jelajah Outdoor menempatkan peserta dalam situasi kepemimpinan langsung melalui kegiatan seperti ekspedisi kelompok, penanganan krisis simulatif, hingga pemecahan masalah berbasis proyek alam. Metode ini tidak hanya membentuk pemimpin yang tangguh, tetapi juga membangun karakter yang sadar akan nilai keberlanjutan, kolaborasi, dan kemanusiaan dalam kepemimpinan.
Keunggulan Jelajah Outdoor Dibanding Program Lain
Memilih penyedia program team building atau outdoor training memang banyak opsinya. Namun, Jelajah Outdoor memberikan keunggulan unik yang membedakannya:
1. Metode “Team Learning through Experiences khas Jelajah Outdoor
Sinergi Experiential Education dan Learning Organization dalam Pengembangan Tim
Di tengah tantangan dunia kerja yang terus berubah, organisasi tidak hanya membutuhkan individu yang kompeten, tetapi juga tim yang adaptif, reflektif, dan mampu belajar bersama secara berkelanjutan. Inilah alasan lahirnya pendekatan Team Learning Through Experiences — sebuah model pembelajaran tim berbasis pengalaman nyata yang menggabungkan prinsip-prinsip experiential education dan learning organization.
Mengapa Perlu Pendekatan Ini?
Di satu sisi, experiential education menekankan pentingnya pembelajaran melalui pengalaman langsung yang terstruktur, reflektif, dan relevan dengan kehidupan nyata. Di sisi lain, konsep learning organization mendorong setiap bagian dalam organisasi — termasuk tim — untuk terus belajar, menyesuaikan diri, dan berinovasi secara kolektif.
Ketika kedua pendekatan ini digabungkan, terbentuklah proses pembelajaran tim yang tidak hanya aktif dan partisipatif, tetapi juga strategis dan berkelanjutan. Tim tidak sekadar “melakukan kegiatan bersama,” melainkan membangun siklus pembelajaran yang terus tumbuh dari aksi, refleksi, dan penyesuaian.
Apa Itu Team Learning Through Experiences?
Model ini terdiri dari empat tahapan utama yang bersifat siklikal:
- Collective Acting – tim bertindak bersama menghadapi tantangan nyata,
- Team Reflecting – mengevaluasi proses dan dinamika kolaborasi,
- Knowledge Sharing – saling berbagi pembelajaran dan wawasan,
- Mutual Adjustment – menyesuaikan strategi dan perilaku kerja tim berdasarkan pembelajaran yang diperoleh.
Siklus ini memungkinkan pembelajaran tidak berhenti pada individu, tapi menjadi milik bersama — membangun budaya kerja tim yang reflektif, adaptif, dan inovatif.
2. Integrasi Nilai Safety, Quality, Sustainability
Setiap program dirancang dengan standar keselamatan tinggi, kualitas pelaksanaan yang terukur, dan prinsip keberlanjutan yang nyata. Kami percaya bahwa pembelajaran tidak akan efektif tanpa rasa aman, proses yang berkualitas, dan kontribusi positif terhadap lingkungan.
3. Fasilitator Profesional dan Tersertifikasi
Dipandu oleh tim fasilitator berpengalaman dan bersertifikat, Jelajah Outdoor menjamin bahwa setiap peserta mendapatkan pengalaman yang aman, berkesan, dan bermakna.
4. Fleksibilitas Desain Program
Setiap klien memiliki kebutuhan unik. Oleh karena itu, kami menyediakan customized programs untuk perusahaan, sekolah, universitas, hingga komunitas sosial. Program dapat disesuaikan berdasarkan usia, jumlah peserta, tujuan pelatihan, lokasi, dan tingkat kesulitan.
Saatnya Mengembangkan Potensi Terbaik melalui Pendidikan Pengalaman di Alam Terbuka
Kesenjangan soft skills di dunia kerja dan pendidikan bukan lagi isu kecil. Perusahaan menghadapi tim yang kurang kolaboratif, pemimpin yang tidak adaptif, dan keputusan yang tidak strategis. Sekolah dan kampus pun sering kali menghasilkan lulusan yang kuat di teori, tetapi lemah dalam keterampilan sosial dan kepemimpinan.
Di tengah tantangan ini, experiential education menjadi jembatan yang efektif dan menyenangkan untuk menjawab kebutuhan masa kini. Baik untuk perusahaan, sekolah, maupun institusi pendidikan tinggi, saatnya memilih metode pembelajaran yang transformatif dan relevan.
🔎 Dengan mengikuti program Jelajah Outdoor, Anda tidak hanya membentuk tim yang lebih solid dan individu yang lebih tangguh, tetapi juga menciptakan ekosistem pembelajaran yang berkelanjutan dan bermakna.
Sandi Taruni
Share this:
- Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
- Click to share on X (Opens in new window) X
- More
- Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
- Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
- Click to share on Pinterest (Opens in new window) Pinterest
- Click to share on Telegram (Opens in new window) Telegram
- Click to share on Threads (Opens in new window) Threads
- Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp