Baung Ecological Camp 2025: Petualangan Belajar Konservasi di Tengah Hutan

Ruang Belajar dari Alam, untuk Alam
Di tengah rimbun hutan Taman Wisata Alam Gunung Baung, anak-anak muda dari berbagai daerah berkumpul membawa semangat yang sama: belajar mencintai alam lewat pengalaman nyata.
Selama tiga hari, 8–10 September 2025, mereka menjadi bagian dari Baung Ecological Camp (BEC) 2025 — ruang edukasi alam yang mengajarkan keterkaitan antara manusia dan alam dalam bingkai konservasi.
Kegiatan ini membuktikan bahwa belajar tentang keberlanjutan tidak harus di ruang hotel berbintang — belajar tentang alam justru harus melampaui batas tembok ruang kelas.
Di bawah naungan rumpun bambu dan di sela akar pepohonan, para peserta menggali ilmu tentang hutan, satwa liar, dan pentingnya menjaga keseimbangan alam bagi masa depan.

Kolaborasi Lintas Lembaga untuk Konservasi
Baung Ecological Camp (BEC) 2025 lahir dari inisiatif bersama Baung Conservation Centre, Jelajah Outdoor, dan Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I) Jawa Timur. Kegiatan ini menghadirkan pengalaman belajar yang menyeluruh di tengah alam.
Peserta tidak hanya mempelajari teori tentang ekologi, tetapi juga terjun langsung dalam pengamatan flora-fauna, konservasi satwa, hingga praktik jurnalisme lingkungan. Pendekatan ini sejalan dengan nilai keberlanjutan dan metode experiential education yang diusung Jelajah Outdoor — belajar melalui pengalaman langsung, refleksi, dan aksi nyata untuk membentuk pemahaman yang mendalam.
BEC 2025 mendapat dukungan penuh dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur. Dalam pembukaan acara, Nur Patria Kurniawan, S.Hut., M.Sc., selaku Kepala BBKSDA Jawa Timur, menegaskan pentingnya menyelaraskan pembangunan dan konservasi.
Ia mengingatkan bahwa hutan bukan hanya warisan leluhur, tetapi juga titipan untuk generasi mendatang. Nur Patria juga menekankan tiga pilar utama konservasi:
- Perlindungan sistem penyangga kehidupan
- Pelestarian keanekaragaman hayati
- Pemanfaatan lestari sumber daya alam
“Konservasi dan pembangunan harus berjalan bersama agar keberlangsungan kehidupan tetap terjaga,” tegasnya.

Belajar dari Para Penjaga Alam
Sebagai penyelenggaraan perdana, BEC 2025 juga mendapat dukungan dari para praktisi, penggiat, dan pemerhati lingkungan yang dengan semangat gotong royong bersedia berbagi pengetahuan.
Selain para staf ahli dari BBKSDA Jawa Timur, peserta juga mendapat kehormatan belajar dari para penjaga lingkungan yang kiprahnya telah diakui luas, seperti:
- Iwan Kurniawan (Aspinal Foundation)
- Sahlan Junaedy (Konservasi Bambu)
- M. Nurdin Razak (Baluran Ecolodge)
- Asad Asnawi (Mongabay Indonesia)
- Andi Iskandar (Baung Conservation Centre)
Para narasumber ini didampingi oleh tim panitia yang setia membimbing peserta selama praktik lapangan berlangsung.
Seluruh pihak yang terlibat membawa misi yang sama: menyebarkan pesan ekologi dan konservasi kepada generasi selanjutnya.
Di penghujung kegiatan, Sandi Taruni selaku Direktur Jelajah Outdoor memandu sesi refleksi bersama. Dalam sesi ini, peserta merumuskan Action Plan sebagai wujud nyata komitmen mereka untuk melanjutkan pesan konservasi di mana pun mereka berada.
Gen Z Menyatu dengan Alam
Keistimewaan BEC 2025 adalah antusiasme para peserta, khususnya generasi muda. Mereka berdiskusi, meneliti, dan berbagi cerita inspiratif di bawah rindangnya hutan.
Lika, mahasiswa asal Nusa Tenggara Timur yang belajar di Institut Pertanian Malang, mengaku mendapat pengalaman tak terlupakan:
“Ilmu di sini lebih nyata, langsung dari alam. Ini bekal penting untuk aktivitas di alam bebas nanti.”
Pengalaman langsung seperti ini memperkuat keterhubungan generasi muda dengan alam, menumbuhkan rasa peduli, dan membentuk karakter tangguh serta bertanggung jawab.
Menuju Baung Ecological Camp 2026
Bagi Andi Iskandar dan Sandi Taruni sebagai Founders, BEC 2025 adalah langkah awal, “Ecological Camp mengusung prinsip kolaborasi lintas stakeholder yang akan menjadi ruang edukasi, inovasi dan transformasi tentang praktek-praktek terkait ekologi, konservasi dan keberlanjutan di Indonesia.”
Langkah awal ini diharapkan dapat menginspirasi kolaborasi antara lembaga konservasi, komunitas, akademisi, dan sektor swasta dalam menjaga kekayaan alam Indonesia secara berkelanjutan.
Menanam Harapan dari Tengah Hutan
Bagi Jelajah Outdoor, Baung Ecological Camp adalah contoh nyata bagaimana petualangan di alam terbuka bisa menjadi ruang belajar yang membentuk kesadaran ekologis. Melalui pengalaman langsung, peserta bukan hanya belajar tentang alam — mereka belajar untuk menjaga dan merawatnya.
Semoga semangat BEC terus tumbuh, menanam harapan, dan menginspirasi lebih banyak jiwa untuk bergerak bersama alam.
Share this:
- Click to share on Facebook (Opens in new window) Facebook
- Click to share on X (Opens in new window) X
- More
- Click to email a link to a friend (Opens in new window) Email
- Click to share on LinkedIn (Opens in new window) LinkedIn
- Click to share on Pinterest (Opens in new window) Pinterest
- Click to share on Telegram (Opens in new window) Telegram
- Click to share on Threads (Opens in new window) Threads
- Click to share on WhatsApp (Opens in new window) WhatsApp